oleh : M. Labib Syauqi
A. Iftitah
Jika
kita tengok sejarah perkembangan tafsir yang amat panjang, seiring dengan usia
perkembangan peradaban Islam, maka terdapat benyak sekali berbagai kitab tafsir
dengan berbagai metodologi dan keberagaman corak penafsiran yang dimiliki.
Dalam
metode penafsiran al-Qur’an kita mengenal Metode Tahlili (Metode Analitik) yang
disebut sebagai metodologi penafsiran tertua yang digunakan para ulama
terdahulu dalam menafsirkan al-Qur’an. Kemudian setelah itu muncul
metode-metode baru
yang ditujukan untuk melengkapi
kekurangan metode terdahulu, ataupun memang sengaja dijadikan sebuah metode
tersendiri yang mempunyai motivasi dan target yang lain. Sebut saja Metode
Ijmali, kemudian Muqaran, baru datang kemudian Metode Maudhu’iy (tematik) yang
muncul terakhir.
Disamping
metode penafsiran tersebut diatas, terdapat juga berbagai corak penafsiran atas
refleksi keadaan waktu itu, diantaranya muncul tafsir bercorak Lughawi (bahasa), Fiqhi, Ilmi, Isyari (tasawuf), Adabi
Ijtima’i(sosial kemasyarakatan), sampai pada corak Falsafi.
Semua corak tersebut muncul seiring dengan perkembangan peradaban sejarah
Islam, yang mengalami masa keemasannya pada masa dinasti Abbasiyah. Dimana saat
itu banyak disiplin ilmu yang diterjemahkan kedalam literatur arab, sehingga
merangsang para intelektual muslim untuk mengaplikasikan ilmunya guna
menafsirkan al-Qur’an menurut keahliannya, maka bermunculan berbagai corak
penafsiran diatas. Dan terus berkembang sampai saat ini, sehingga kita kenal
corak penafsiran kontemporer, seperti hermeneutika dan juga semiotika.
Dan
makalah ini kami sebut “Menuju Tafsir Mantiqi” karena terinspirasi oleh
tafsirnya Muhammad al-Ghazali yang berjudul “ Nahwa Tafsir al-maudhu’iy”
(Menuju Tafsir Maudhu’i). begitulah beliau menyebut tafsirnya yang mencoba
menafsirkan al-Qur’an dengan metode Maudhu’i, maka kami yang mencoba
menafsirkan sedikit ayat dari al-Qur’an dengan corak ilmu Mantiq menamakannya
dengan “Menuju Tafsir mantiqi”
B. Analisis Ayat Dengan Ilmu
Mantiq
Dalam
kesempatan kali ini yang akan kami analisis dengan ilmu mantiq adalah surat Ali
Imran ayat 133 sampai 136, yang bunyinya :
وسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة
عرضها السموات والأرض أعدت للمتقين -133- الذين ينفقون فى السراء والضراء
والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس، والله يحب المحسنين -134- و الذين إذا فعلوا
فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم ومن يغفر الذنوب إلا الله ولم
يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون -135- أولئك جراؤهم مغفرة من ربهم وجنت تجري من
تحتها الأنهار خالدين فيها، ونعم أجر العالمين -136-
Yang artinya :
133. Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
134. (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.
135. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
136. Mereka itu balasannya adalah
ampunan dari tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai,
sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beriman.
Dalam
pembahasan Tafsir Mantiqi ini ada beberapa hal penting yang akan kami bahas :
1.
Proses Tasawwur Dalam Ayat
Pokok
pembahasan pertama yang akan kita bahas adalah proses tasawwur yang dapat kita
ambil dari ayat diatas. Dalam ayat ke 133, disitu Allah memerintahkan kita
untuk bersegera menuju ampunan dari Allah. Ketika kita bergegas pada
ampunan-NYA dan betaqwa pada-NYA, maka kita akan mendapatkan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi seisinya.
Dalam
ayat itu kita diajak untuk bertasawwur dengan konsep surga. Maka
untuk memahami dan menangkap sebuah konsep diperlukan dilalah. Dilalah
adalah media untuk memahami sesuatu yang lain. Dilalah sendiri dibagi
dua, yaitu Lafdziyah dan Ghairu Lafdziyah. Dalam
konteks permasalahan ini dilalahnya Lafdziyah, yang fungsinya untuk menunjukkan
konsep surga, isinya adalah bahwa surga adalah sesuatu yang luas,
dan luasnya seluas langit dan bumi seisinya, dalam ayat selanjutnya
dikisahkan juga bahwa surga adalah bagaikan kebun yang indah yang
didalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir indah.
Dalam
proses berpikir ada tiga komponen yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan :
· Yaitu
ada Tashawwur/konsep/gambaran yang dalam hal ini tashawwur tersebut dibantu
dengan adanya dilalah.
· Lafadz/kata/term,
yang dalam hal ini adalah kata “surga”
· Obyek
yang dipikirkan atau wujud dari sesuatu itu, yang dalam hal ini materi/wujud
surga termasuk yang abstrak, tidak ada wujudnya dan belum terbukti
kebenarannya.
1.
Pembagian Qodhiah Dalam Ayat
Pembahasan
kedua adalah mengenai Proposisi/Qadhiyah adalah pernyataan dalam bentuk kalimat
yang mempunyai kemungkinan benar dan salah. Dalam ilmu mantiq proposisi disebut
dengan Qadhiyah yaitu rangkaian kata-kata yang mengandung pengertian jumlah
mufidah dalam ilmu Nahwu.
Pembahasan
Qadhiyah bisa sangat luas dengan berbagai pembagiannya, dan dari berbagai sudut
pandangnya, jika setiap pembagian/kategorisasi/apriori pasti bersamaan dengan
itu juga ada pengelompokan/klasifikasi/aposteriori. Maka dalam permasalahan
pembagian Qadhiyah ini, juga terdapat pengelompokan.
Dan
setidaknya ada lima sudut pandang sebagai pembaginya yang akan muncul berbagai
pengelompokan sebagi berikut :
a.
Dari Susunannya
Dari
susunannya qadhiyah terdiri dari tiga : Subyek, kopula, dan predikat. Dari ayat
diatas dapat kita ambil contoh lafal والله يحب
المحسنين dimana الله menjadi
subyek, dan يحب menjadi predikat.
Sedangkan lafal المحسنين sebagai
obyek yang tidak disyaratkan ada dalam mantiq. Namun harus ada dalam ilmu
nahwu, karna terdapat kalimat Fi’il yang Muta’addi (membutuhkan
obyek) يحب yang harus mempunyai Maf’ul atau
obyek. Sedangkan kopulanya (kata penghubung) tidak harus selalu ada, jika sudah
merasa cukup dan memberi kefahaman, maka tidak diperlukan kopula.
a.
Dari Obyek Pembahasannya
Jika
dilihat dari luas tidaknya obyek pembahasannya, maka dibagi menjadi tiga, yaitu
Universal, Partikular, dan Singular.
Dalam
contoh الله يحب المحسنين terkandung
makna universal atau umum, yaitu Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik
secara keseluruhan.
a.
Dari Sifatnya
Qadhiyah
jika ditinjau dari sifatnya maka terbagi menjadi dua, yaitu Hamliyah
(kategoris) dan Syartiyah (Hipotesis)
Qadhiyah
Hamliyah adalah qadhiyah yang mengandung pernyataan tanpa ada syarat, qadhiyah
Syartiyah adalah qadhiyah yang mengandung adanya persyaratan didalamnya.
Dari
ayat diatas, dapat kami contohkan الله يحب
المحسنين termasuk qadhiyah Hamliyah,
dan
contoh Syartiyah : إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا
أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم karena disitu terdapat
syarat... إذا فعلوا dan juga terdapat
jawabnya
فاستغفروا لذنوبهم .
a.
Dari Materinya
Jika
dilihat dari segi materinya, maka dibagi menjadi dua, yaitu Analitik/Inheren
dan Sintetik/Menempel.
Analitik
adalah Qadhiyah yang materinya terkandung permanen dan inheren, sedangkan
Sintetik adalah Qadhiyah yang materinya baru datang, berubah-ubah tidak tetap
dan sifatnya menempel tidak permanen.
Contoh
Analitik adalah الناس yang artinya
“manusia”. Seorang manusia akan tetap sifatnya sebagai seorang manusia. Dan
contoh Sintetik adalah المحسنين yang
artinya “orang-orang yang berbuat baik”, dimana seseorang mungkin akan berbuat
tidak baik, maka sifat baik yang melekat ini sifatnya Sintetis, baru dan
berubah-ubah.
a.
Dari Bentuknya
Dari
segi bentuk Qadhiyahnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Afirmasi/Mujabah dan
Negasi/Salibah.
Afirmasi
adalah Qadhiyah yang menetapkan predikatnya terhadap subyek, sedangkan Negasi
adalah Qadhiyah yang tidak menetapkan predikat pada subyeknya.
Contoh
yang bisa digunakan sebagai contoh Afirmasi adalah هم يعلمون yang artinya “mereka mengetahui”, maka predikat
yaitu “mengetahui” hukumnya ditetapkan pada “mereka”. Dan contoh Negasi dapat
kita kembangkan dari contoh itu dengan menambahi لا yang
artinya “tidak”, sehingga menjadi هم لا يعلمون yang
artinya “mereka tidak mengerti”.
1.
Proses
Istidlal (pengambilan dalil ) Dari Ayat
Pokok
pembahasan ketiga adalah mengenai Istidlal (pengambilan dalil), kegiatan
Istidlal atau penetapan indikator adalah sangat penting untuk sampai pada
pengambilan kesimpulan yang benar.
Istidlal
adalah berpindahnya pikiran dari sesuatu yang diketahui terhadap sesuatu yang
belum diketahui. Seperti halnya ketika kita mengetahui bahwa arak itu
memabukkan, dan kita juga tau bahwa sesuatu yang memabukkan itu hukumnya haram.
Maka berbekal dengan sesuatu yang kita ketahui itu, kita bisa mengetahui
sesuatu yang sebelumnya tidak kita ketahui, yaitu “arak itu hukumnya haram”.
Dan
Istidlal secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu Qiyasi (menggunakan
metode penyimpulan) dan Istiqra’iy (menggunakan metode penyimpulan yang
bersifat induktif).
a.
Istidlal Qiyasi
Dan
jika kita coba menggunakan Qiyas maka, yang bisa kita ambil dari kandungan
keempat ayat diatas dari ayat 133-136, maka dapat kita ambil dua poin,yaitu :
1.
Pada ayat 133 Allah menyerukan agar kita segera menuju ampunannya dan
menjelaskan bahwa Allah berjanji akan memberikan surga bagi orang-orang yang
bertaqwa.
2.
Kemudian pada ayat 134-136 Allah menerangkan bahwa orang-orang yang menafkahkan
hartanya, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang
lain, serta orang-orang yang bila berbuat keji segera ingat Allah dan
memohon ampunan terhadap dosanya, maka akan mendapatkan surga.
Dan
sebelum kita masuk pada penerapan contoh ayat diatas dengan menggunakan Qiyas,
maka terlebih dahulu kita harus mengetahui unsur-unsur Qiyas :
Lafal-lafal dalam qadhiyah-qadhiyah qiyas, meliputi:
v Had Asghar (lafal yang menjadi maudhu’ pada
natijah).
v Had Akbar (lafal yang menjadi mahmul pada
natijah).
v Had Ausath (lafal yang diulang dua kali, pada
qadhiyah qiyas pertama dan kedua).
Qadhiyah-qadhiyah dalam rangkaian qiyas, meliputi:
v Muqaddimah Sughro (Premis Minor) adalah
qodhiyah yang didalamnya terdapat had ashghar.
v Muqoddimah Kubra (Premis Mayor) adalah qohiyah
yang didalamnya terdapat had akbar.
v Natijah (Konklusi) adalah qodhiyah yang
tersusun dengan cara merangkai had ashghor dan had
akbar.
Jadi
dari dua poin kandungan ayat yang dapat kita ambil diatas, maka bisa kita
masukkan dalam metode Qiyas, sebagai berikut :
Muqaddimah
Sughra :
· Orang
yang dijanjikan Allah akan mendapatkan surga adalah orang-orang
yang bertaqwa
Muqaddimah Kubra :
· Setiap Orang-orang yang menafkahkan hartanya
· Orang-orang
yang menahan amarahnya dan
memaafkan
kesalahan orang lain
· Orang-orang
yang bila berbuat keji segera ingat Allah
dan
memohon ampunan terhadap dosanya
Dijanjikan
Allah akan mendapatkan surga
Natijah :
· Maka
orang-orang yang menafkahkan hartanya
· Orang-orang
yang menahan amarahnya dan
memaafkan
kesalahan orang lain
· Orang-orang
yang bila berbuat keji segera ingat Allah
dan
memohon ampunan terhadap dosanya
adalah
termasuk orang yang bertaqwa.
Dan
Qiyas ini adalah termasuk pada bentuk Qiyas keempat, yaitu Had Ausathnya
menjadi Maudlu’ pada Muqaddimah Sughra dan Had Ausathnya mejadi Mahmul pada
Muqaddimah Kubro.
a.
Istidlal Istiqra’iy
Istiqra’iy
adalah proses Pengambilan kesimpulan atau hukum dari bagian-bagian yang khusus
untuk menarik kesimpulan atau hukum yang berlaku secara menyeluruh.
C. Refleksi
Setelah
kita melakukan kegiatan analisis penafsiran dengan menggunakan kajian Ilmu
mantiq, maka kita dapat mengetahui sisi lain al-Qur’an jika ditinjau dari
perspektif Mantiq, sehingga hal tersebut bisa menambah wawasan kita terhadap
al-Qur’an, dan membuktikan kebenaran bahwa memang al-Qur’an adalah lautan ilmu
pengetahuan yang sangatlah luas dan indah untuk disediki dan diketahui
hakekatnya.
Dan
dari apa yang sedikit penulis lakukan diatas, adalah satu usaha kecil yang
berusaha ikut untuk mengais air di hamparan samudra al-Qur’an yang teramat
luas. Akhirnya demikianlah yang dapat penulis sajikan, semoga sedikit usaha ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan lebih-lebih dapat memberikan
manfaat pada orang lain. Terimakasih.
والله أعــــلم بالصـــــواب
0 comments: