oleh : Deo Ramadhan
Kata Ubudiyah berasal
dari kata “abada” yang memiliki arti sederhana mengabdikan
atau beribadah.
Sedangkan menurut istilah ialah
ibadah seorang hamba yang murni dan tulus dari hati hanya kepada Allah Swt. dan
berlangsung seumur hidupnya baik berupa ucapan dan amalan yang nampak maupun
yang tersembunyi serta cara hidupnya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis.
Ubudiyah merupakan sifat dari seorang hamba, seorang hamba yang harus dan wajib
menyembah Allah.
Menyembah Allah merupakan kebutuhan bagi seorang hamba karena Allah merupakan satu-satunya tempat kita bergantung, tempat kita meminta,
tempat kita mencurahkan segala
keluh-kesah dan merupakan satu-satunya yang dapat menolong kita dari berbagai
masalah. Hakikat seorang hamba adalah hati dan ruh, dia tidak mungkin dapat
berbuat baik jika bukan karena kehendak Allah, dia juga tidak akan mendapat
ketenangan dalam hidupnya jika tanpa mengingat Allah, dia tidak akan merasa
puas dengan apa yang dimilikinya tanpa bersyukur atas nikmat dari-Nya. Inilah
bukti bahwa seorang hamba sangat bergantung terhadap Allah, maka seorang hamba
wajib menyembah hanya kepada Allah serta tidak menyekutukan dengan suatu apapun
karena tak ada sesuatu apapun yang dapat menandingi-Nya. Seperti firman Allah
dalam surat Az-Zumar ayat 65, yang artinya: jika kamu mempersekutukan
Allah, niscaya akan dihapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi.
Dalam beribadah harus dilandasi dengan rasa cinta kepada Allah (hubb), takut karena Allah (khouf) dan hanya kepada Allah kita menggantungkan harapan (raja’). Seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 90, yang artinya: Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan merek adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.Syarat-syarat diterimanya ibadah ada dua, yaitu:
1. Beribadah harus dilandasi dengan ikhlas karena Allah ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat tauhid laa ilaaha illa Allah. Seperti firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 110.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ
يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدً
“Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".
2. Kewajiban untuk taat kepada Rasulullah Saw. dengan mengikuti semua syariat-syariatnya serta meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat Muhammadan Rasuulullaah. Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 112 :
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ
لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“(tidak
demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Inti agama ada dua pokok yaitu kita
tidak menyembah kecuali kepada Allah dan kita tidak menyembah kecuali dengan
apa yang Rasulullah syariatkan serta tidak dengan bid’ah, karena Rasulullah
Saw. telah mengajarkan tata cara beribadah dan tentang semua hal yang baik dan
yang buruk.
0 comments: