oleh : Hadza min Fadhli Robbi
Turki merupakan salah satu negeri
Islam yang pernah ditinggali oleh ratusan auliya dari awal masuknya Islam
hingga masa ini. Banyak dari wali-wali Allah yang kemudian berdakwah di Turki
hingga akhir usianya dan dimakamkan di tanah Anatolia. Oleh karena itu,
terdapat banyak makam (türbeler) para auliya Allah yang dibangun oleh
masyarakat lokal di Turki sebagai sebuah upaya untuk menghormati dan
mengenang jasa dakwah para wali di tanah mereka dan upaya untuk mengingat
ajaran luhur Islam yang terus dilanjutkan hingga sekarang. Makam-makam para
wali-wali ini tersebar mulai dari ujung Barat hingga ujung Timur Turki. Pada
kesempatan kali ini, penulis berkunjung ke makam seorang wali Allah yang pernah
berdakwah Islam di wilayah Eskişehir yang dahulu pernah menyaksikan
perkembangan Kerajaan Seljuk dan awal berdirinya peradaban Kesultanan Usmani.
Makam wali ini terletak tidak jauh dari pusat kota Eskişehir dan berada di
dekat Kurşulu Camii ve Külliyesi. Makam dan masjid sama-sama terleka di pusat
wisata kota Eskişehir yakni Odunpazarı. Makam ini menjadi oase bagi mereka yang
ingin mencari kenyamanan dan ketenangan di balik riuhnya peradaban kota yang
tak henti bergerak. Tahun berdirinya makam ini tidak diketahui dengan pasti
karena tidak terdapat catatan yang utuh mengenai hal tersebut, namun makam ini
kembali direnovasi pada tahun 2011 oleh Perkumpulan Pengurus Makam Wali-wali di
Eskişehir.
Wali Allah ini bernama Syaikh-us
Syuyukh Syihabuddin as-Suhrawardi. Beliau dilahirkan dengan nama Abu Hafs Umar
bin Muhammad. Beliau merupakan seorang yang mengaut mazhab Syafi'i, salah
seorang ulama yang mulia di tanah Irak dan Anatolia, seorang faqih yang agung,
dan seorang pendiri tarikat sufi Suhrawardiyyah. Beliau memiliki darah
keturunan dari sahabat mulia Abu Bakar as-Shiddiq r.a. Pada saat remaja hingga
dewasa, beliau dibimbing dibawah naungan Sulthanul Auliya Abdulqadir al-Jailani
di Baghdad. Dari pengajaran ilmu tasawuf dan ma’rifat yang beliau raih dari
Sulthanul Auliya Abdulqadir al-Jailani, Syaikh Syihabuddin as-Suhrawardi
kemudian mengembangkan tariqah Suhrawardiyyah. Beliau menghabiskan sepanjang
umurnya di wilayah Irak dan Syam untuk berdakwah dan mengembangkan tariqat
Suhrawardi, sebelum akhirnya beliau berangkat haji untuk terakhir kalinya pada
umur beliau yang ke-80. Saat melaksanakan haji terakhir, Syaikh Syihabuddin
mendapatkan ilham dari Rasulullah saw. melalui mimpi untuk mengunjungi tanah
Anatolia. Kemudian, atas permintaan dari Khilafah Abbasiyah yang ke-34 Nasir
bin Mustadi Dinillah yang berkuasa setelah serangan Mongol, Syaikh Syihabuddin
berangkat menuju Anatolia. Di wilayah Anatolia yang saat itu dikuasai oleh
Kerajaan Seljuk yang dipimpin oleh Awhaduddin Kirmani dan menantunya Wali Ali
Evran Veli, Syaikh Syihabuddin melakukan dakwah dengan bantuan kedua pemimpin
Kerajaan Seljuk untuk memperbaiki situasi sosial yang hancur setelah serangan
Mongol. Untuk membantu upaya dakwah tersebut, Syaikh Syihabuddin membawa banyak
murid-muridnya yang tergabung dalam gerakan Futuwwat, sebuah gerakan yang
dibangun oleh sufi-sufi muda untuk menggerakkan masyarakat dan membangun moral
pada masa-masa berat setelah serangan Mongol. Pada awal kunjungan Syaikh
Syihabuddin ke tanah Anatolia, beliau berkunjung ke ibukota Seljuk di Konya
untuk bertemu ayah Maulana Jalaluddin Rumi, Sultanul Walad dan Maulana
Jalaluddin Rumi. Setelah itu Syaikh Syihabuddin berangkat dan berdakwah di
banyak kota di tanah Anatolia, dan beberapa bulan sebelum wafat beliau tiba di
Eskişehir. Di Eskişehir sendiri beliau menghabiskan waktu untuk berdakwah
kembali sambil menuliskan sebuah karya berjudul Awaruf-ul Ma’arif. Di Eskişehir
pulalah, tepatnya pada bulan Muharram tahun 632 H yang bertepatan pada 1234
Masehi,beliau menghembuskan nafas terakhirnya dan kembali pada Allah.
Syaikh Syihabuddin as-Suhrawardi
memberikan beberapa nasihat dan wasiat yang sampai sekarang masih tercatat dan
tertulis dengan rapih di depan makam. Di antara nasihat-nasihat tersebut adalah
sebagai berikut:
"Wahai anakku, lihatlah mereka
yang ada di bawahmu ketika engkau sedang memikirkan urusan duniamu, dan
lihatlah mereka yang ada di atasmu ketika engkau sedang memikirkan urusan
akhiratmu. Jika engkau bisa melakukan hal ini, maka engkau memperoleh
kebahagiaan. Jika sebaliknya, engkau akan menghancurkan dirimu sendiri."
"Wahai anakku, janganlah
terlampau berambisi menjadi pemimpin. Karena mereka yang terlampau berambisi
dan amat menyukai untuk menjadi pemimpin selamanya tidak akan mencapai
kesuksesan. Jangan terlalu banyak berhubungan dengan mereka yang mengurus
pemerintahan dan pimpinan. Jangan terlalu banyak berdebat. Jangan terlalu
percaya dengan pujian. Jangan pula sedih dengan ucapan siapapun yang menjelek-jelekkan
dirimu."
"Wahai anakku, perbanyaklah
sholat di waktu malam dan puasa di waktu siang. Ketika engkau tidak menjadi
Imam dan muazzin, jangan pernah tinggalkan sholat secara berjamaah."
"Wahai anakku, aku menikmati
apapun yang diberikan oleh Allah. Namun, aku tak menemukan hal yang lebih manis
selain kepuasan yang sederhana. Aku juga pernah merasakan kesakitan dan
penderitaan, dan aku tak pernah menemukan hal yang lebih sakit selain
kebutuhan. Aku pernah membawa batu dan besi, namun aku tak pernah menemukan hal
yang lebih berat selain hutang."
"Wahai anakku, hindarilah
hal-hal yang haram. Selalu penuhi hak tetangga dan tutupi keburukan dan
kejelekan mereka! Selalulah berbuat baik dan ihsan kepada tetanggamu. Lakukan
pula kebaikan kepada mereka yang bahkan melakukan keburukan padamu!"
"Wahai anakku, lakukan
ibadahmu dengan ikhlas. Jangan lakukan ibadah dengan mengharap apapun selain
ridha-Nya saja. Jangan sibukkan hatimu dengan hal-hal selain ridhaNya. Jangan
penuhi hatimu dengan cinta selain cinta padaNya. Selalulah berjuang untuk
meraih ridha-Nya. Hati akan selalu merasa tentang ketika ia berbicara dengan
Allah Ta’ala."
"Wahai anakku, siapapun yang
berbuat baik akan terus menjadi baik dan siapapun yang berbuat buruk akan terus
menjadi buruk. Berkumpullah terus dengan orang-orang baik dan terhormat, hingga
kau dapat meraih kehormatan seperti mereka. Hindarilah orang dan teman yang
buruk, karena berkumpul dengan anak-anak buruk dapat membuatmu menjadi pribadi
yang buruk dan turun derajatnya."
"Wahai anakku, hiasilah dirimu
dengan sikap tawaddhu', adab, harta dan badan yang baik untuk menuju ridhaNya.
Sungguh hati adalah tempatmu menemukanNya. Selalulah sadar dengan dirimu di
setiap waktu. Jangan pernah terlena dengan hal-hal yang dapat membuatmu
melupakan cinta pada Allah Ta’ala. Jangan pula berpisah dari orang-orang yang
berada bersamamu untuk saling percaya dan selalu mengejar ridha-Nya."
"Wahai anakku, untuk
meninggalkan ambisi pribadimu, meraih ridha-Nya, dan berada dalam jalan-Nya,
berjalanlah di jalan para alim-alim besar yang bekerja dengan hati yang besar
dan ikhlas, karena jalan mereka adalah jalan hak dan benar. Tak kan ada
kebohongan dan tipuan dalam jalan para alim-alim besar."
"Wahai anakku, semua nasihat
dan wasiat yang aku sampaikan ini diperuntukkan oleh generasi setelahmu dan
semua mukminin yang mencintai diri kami. Semoga Allah ta’ala memberikan kami
semua kesuksesan!"
0 comments: