Konya, NU
Online
Pengurus
Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki mengadakan rangkaian kegiatan
ziarah dalam rangka Safari Ramadhan 2017 di Kota Konya, Turki Sabtu dan Ahad
3–4 Juni 2017. Dalam kegiatan ini, Nahdliyin di Turki menjadikan kota Konya
sebagai tempat refleksi ziarah ke makam para tokoh sufi di bumi Usmani.
Ngabuburit kumpul bersama untuk mendengar
tausiyah, membaca Surat Yasin dan doa dipimpin langsung oleh Katib Syuriyah
PCINU Turki Agung Yanuar Anggoro. Nahdliyin dari beberapa kota hadir seperti
Ridho Ashidqie yang jauh-jauh datang dari ibu kota Turki, Ankara.
Sayyid
Burhanuddin Tirmidzi, Maulana Jalaluddin Rumi, Syaikh Syamsuddin Yusuf (Ateşbaz
Veli), dan Syaikh Shadraddin Al Qonawi adalah beberapa nama tokoh sufi besar
yang diziarahi makamnya pada kegiatan ini. Sambil menanti adzan Maghrib Ketua
LDNU Turki Deo Adinda Pramadhan menjelaskan tentang hubungan di antara
tokoh–tokoh tersebut. Sayyid Burhanuddin Tirmidzi adalah guru dari Rumi dan
Syaikh Syamsuddin Yusuf adalah murid dari Rumi dan sedangkan Syaikh Shadraddin
Al Qanawi adalah sahabat Rumi, ungkap Deo yang sedang menyelesaikan studi
teologi Islam di Universitas İnönü, Turki.
Sejak
kecil Syaikh Shadraddin Al Qonawi telah yatim dan tumbuh dengan tubuh yang
sangat lemah, mudah sakit, dan hanya diasuh oleh ibundanya seorang hingga
kemudian sang ibunda dinikahi oleh Syaikh al Akbar Ibnu Arabi. Maka tak heran
jika Al Qonawi menjadi tokoh besar dalam dunia tasawuf. Ia murid utama dan
khalifah sekaligus anak tiri dari Syaikh al Akbar Ibnu Arabi. Dialah salah satu
tokoh penting yang menyebarkan ajaran–ajaran Ibnu Arabi.
“Ia
seangkatan dengan Rumi. Awalnya ia tidak menyukai Rumi tetapi pada akhirnya
menjadi sahabat yang baik. Keduanya saling belajar dan menghormati, dan
keduanya menjadi sumber rujukan para ulama dalam dunia sufisme,” tambah
Deo.
Dalam
Safari Ramadhan yang diikuti dan dimeriahkan oleh pengurus syuriyah dan
tanfidziyah PCINU Turki (2016 – 2018) ini, Nahdliyin di Turki diajak untuk
terus menjaga hubungan komunikasi dan silaturahmi satu sama lain.
“Karena
meskipun sekarang sudah tidak lagi hidup di lingkungan keluarga, madrasah, dan
pesantren tradisional seperti di Indonesia tetapi tetap ada NU di sini, di hati
dan di kehidupan kita,” ujar Aeni Nahdiyati, mahasiswi baru alumni Krapyak.
0 comments: